Sabtu, 29 September 2012

Jokowi-Basuki Resmi Gubernur dan Wagub Terpilih


 Pasangan Joko Widodo (Jokowi) dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) telah resmi ditetapkan sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI terpilih.
Sesuai dengan surat KPU DKI nomor 32/KPPS/KPUPROVINSI/10/2012 Tentang Penetapan Hasil, KPU DKI Jakarta menetapkan pasangan Jokowi dan Basuki sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta. 
"KPU DKI menetapkan pasangan calon nomor tiga sebagai pasangan calon terpilih Pemilu Kada DKI Jakarta 2012 putaran kedua. Berlaku sejak tanggal ditetapkan 29 September 2012," kata Ketua Pokja Pemungutan Suara KPU DKI Sumarno di kantor KPU DKI Jakarta, Sabtu tanggal 29 September 2012.
Read More......

Selasa, 17 April 2012

APA KATA Bung KARNO ?

NASIONALISME, ISLAMISME DAN MARXISME ( bagian 3)
---------------------------------------------------------------------
Nasionalisma ! Kebangsaan !
               Dalam tahun 1882  E r n e s t   R e n a n   telah membuka pendapatnya tentang faham “bangsa” itu. “Bangsa” itu menurut pujangga ini ada suatu nyawa, suatu azas-akal, yang terjadi dari dua hal : pertama-tama rakyat itu d u l u n y a harus bersama-sama menjalani s a t u riwayat; kedua, rakyat itu s e k a r a n g harus mempunyai kemauan, keinginan hidup menjadi satu. Bukannya jenis (ras) , bukannya bahasa, bukannya agama, bukannya persamaan butuh, bukanya pula batas-batas negeri yang memnjadikan “bangsa” itu.
               Dari tempo-tempo belakangan, maka selainnya penulis-penulis lain, sebagai Karl Kautsky dan karel Radek, teristimewa  O t t o   B a u e r – lah yang mempelajari soal “bangsa” itu.
               “Bangsa itu adalah suatu persatuan perangai yang terjadi dari persatuan hal-ihwal yang telah dijalani oleh rakyat itu”, begitulah katanya.
               Nasionalisme itu yalah suatu itikad; suatu keinsyafan rakyat, bahwa rakyat itu ada satu golongan, satu “bangsa” !
               Bagaimana juga bunyinya keterangan-keterangan yang telah diajarkan oleh pendekar-pendekar ilmu yang kita sebutkan di atas tahadi, maka tetaplah, bahwa rasa nasionalisme itu menimbulkan suatu rasa percaya akan diri sendiri, rasa yang mana adalah perlu sekali untuk mempertahankan diri di dalam perjuangan menempuh keadaan-keadaan, yang mau mengalahkan kita.
               Rasa percaya akan diri sendiri inilah yang memberi keteguhan hati pada kaum Boedi Oetomo dalam usahanya mencari Djawa-Besar; rasa percaya akan diri sendiri inilah yang menimbulkan ketetapan hati pada kaum revolusioner-nasionalis dalam perjoangannya mencari Hindia-Besar atau Indonesia-Merdeka adanya.
               Apakah rasa nasionalisme, -yang, oleh kepercayaan akan diri sendiri itu, begitu gampang menjadi kesombongan- bangsa, dan begitu gampang mendapat tingkatnya yang kedua, yalah kesombongan- ras, walaupun faham ras (jenis) ada setinggi langit bedanya dengan faham bangsa, oleh karena ras itu ada suatu faham biologis, sedang nasionaliteit itu suatu faham sosiologis (ilmu pergaulan hidup), - apakah nasionalisme itu dalam perjoangan-jajahan bisa bergandengan dengan Islamisme yang dalam hakekatnya tiada bangsa, dan dalam lahirnya dipeluk oleh bermacam-macam bangsa ras; -apakah Nasionalisme itu dalam politik kolonial bisa rapat-diri dengan Marxisme yang internasional, interrasial itu ?
               Dengan ketetapan hati kita menjawab : bisa !
. . . .dilanjutkan . . .
(buah fikiran Bung Karno ini dimuat bersambung di jurnal “Suluh Indonesia Muda” tahun 1926)
(di bawah bendera revolusi, Ir.Soekarno, jilid pertama, cetakan keempat.)/dengan penyesuaian ejaan (EYD) seperlunya (skmk/imsari)
Read More......

Jumat, 13 April 2012

Inilah Pidato Lengkap SBY yang Disampaikan Tertutup di Kantor DPP Demokrat

Pengantar:
Naskah ini sengaja dikutip seutuhnya dari Rakyat Merdeka Online dengan harapan agar rakyat Indonesia mengetahui sejelasnya, sejelas-jelasnya bahwa apa yang beredar di masmedia itu bukan isapan jempol, bukan mengada-ada, bahwa tuan Presiden SBY itu begitu adanya. 

Kita, rakyat Indonesia yang teraniaya ini, teraniaya oleh pemerintahan yang tidak jelas (baca: amat buruk) ini terbangun, sadar bahwa di balik kegagahan dan kegantengan fisiknya itu dan “kelembutan suaranya “ itu, ternyata beliau itu hanyalah orang biasa saja, seorang “ lemah” yang sangat cengeng. Cengeng layaknya seorang anak kecil yang takut kehilangan mainannya: “Mak si Anu nakal mak” Untuk menutupi kelemahannya selalu mencari kambing hitam, selalu mencoba menyalahkan orang lain dan “memuji” dirinya sendiri. Amat peragu dan atau . . . ah saya tidak tega mengatakannya. Sangat menyedihkan.

Maaf beribu maaf saya harus mengatakannya seperti ini, tapi . . . memang begitulah adanya, bukan ? Kita layak menangisi keadaan Indonesia dan Rakyat Indonesia saat ini.

Nah cobalah kita simak SALAH SATU "keluh kesah"nya pada pidato 1 April 2012 yang lalu di Kantor DPP Demokrat ini :

Rabu, 11 April 2012 , 10:06:00 WIB
Laporan: Zulhidayat Siregar
RMOL. Isi pidato Presiden SBY pada Minggu (1/4) lalu menjadi pembicaraan publik terutama politikus sejak semalam. Pidato itu disampaikan di hadapan para kader Demokrat di kantor DPP Jakarta Pusat setelah Sidang Paripuna DPR pada Jumat hingga Sabtu dini hari (30-31/3) soal terkait voting tentang pasal 7 ayat 6(a) RUU APBNP.

Pidato itu menjadi pembicaraan setelah transkipnya dikabarkan bocor kepada publik. Sebelumnya,Rakyat Merdeka Online, sudah memberitakan bocornya isi pidato SBY dalam rapat tertutup itu lewat berita berjudul SBY: Anggota Koalisi Tidak Bisa Dipercaya danInilah Perintah SBY untuk Anas Urbaningrum Menjelang Voting Ayat 6A, yang diberitakan beberapa waktu setelah rapat berlangsung

Berita dikutip dari Jaringnews, media massa berbasis internet yang didirikan dan dipimpin salah seorang ketua DPP Partai Demokrat, Kastorius Sinaga.

Agar lebih lengkap, berikut isi pidato SBY tersebut:
Read More......

Jumat, 16 Maret 2012

APA KATA Bung KARNO ? . . . NASIONALISME, ISLAMISME DAN MARXISME ( bagian 2)

-----------------------------------------------------
pidato                 Mempelajari, mencari hubungan antara ketiga sifat itu, membuktikan, tiga haluan ini dalam suatu negeri jajahan tak guna berseteruan satu sama lain, membuktikan pula, bahwa ketiga gelombang ini bisa bekerja bersama- sama menjadi s a t u gelombang yang maha besar dan maha kuat, s a t u ombak taufan yang tak dapat ditahan terjangnya, itulah kewajiban yang semua kita harus memikulnya.
                Akan hasil atau tidaknya kita menjalankan kewajiban yang seberat dan semulia itu, bukanlah kita yang menentukan. Akan tetapi, kita tidak boleh putus-putus berdaya upaya, tidak boleh habis-habis ikhtiar menjalankan kewajiban ikut mempersatukan gelombang-gelombang tadi itu ! Sebab kita yakin, bahwa p e r s a t u a n l a h yang kelak kemudian hari membawa kita ke arah terkabulnya impian kita: Indonesia – Merdeka !
Read More......

Rabu, 29 Februari 2012

APA KATA Bung KARNO ? . . . NASIONALISME, ISLAMISME DAN MARXISME ( bagian 1)

          Sebagai Aria Bima-putera, yang lahirnya dalam zaman perjoangan, maka INDONESIA-MUDA inilah melihat cahaya hari pertama-tama dalam zaman yang rakyat-rakyat Asia, lagi berada dalam perasaan tak senang dengan nasibnya. Tak senang dengan nasib ekonominya, taksenang dengan nasib politiknya, tak senang dengan segala nasib yang lain-lainnya.
          Zaman “senang dengan apa adanya”, sudahlah lalu.    
          Zaman baru: zaman m u d a , sudahlah datang sebagai fajar yang terang cuaca.
          Zaman teori kaum kuno, yang mengatakan, bahwa “siapa yang ada di bawah, harus terima-senang, yang ia cukup-harga duduk dalam perbendaharaan riwayat, yang barang kemas-kemasnya berguna untuk memelihara siapa yang lagi berdiri dalam hidup”, kini sudahlah tak medapat penganggapan lagi oleh rakyat-rakyat Asia itu. Pun makin lama makin tipislah kepercayaan rakyat-rakyat itu, bahwa rakyat-rakyat yang mempertuankannya itu, adalah sebagai ”voogd” yang krelak kemidian hari akan “ontvoogden” mereka; makin lama makin tipislah kepercayaannya, bahwa rakyat-rakyat yang mempertuankannya itu ada sebagai “sausara-tua”, yang dengan kemuauan sendiri akan melepaskan mereka, bilamana mereka sudah “dewasa”, “akil-balig”, atau “masak”.
          Sebab tipisnya kepercayaan itu adalah bersendi pengetahuan, bersendi keyakinan, bahwa yang menyebabkan kolonisasi itu bukanlah keinginan pada kemasyhuran, bukan keinginnan melihat dunia-asing, bukan keinginan merdeka, dan bukan pula oleh karena negeri rakyat yang menjalankan kolonisasi ada terlampau sesak oleh banyaknya penduduk, - sebagai telah diajarkan oleh Gustav Klemm -, akan tetapi asalnya kolonisasi yalah teristimewa soal rezeki.
         Yang pertama-tama menyebabkan kolonisasi yalah hamper selamanya kekurangan bekal –hidup dalam tanah-airnya sendiri”, begitulah Dietrich Schafer berkata. Kekurangan rezeki, itulah yang menjadi sebab rakyat-rakyat Eropah mencari rezeki di negeri lain ! Itulah pula yang menjadi sebab rakyat-rakyat itu menjajah negeri-negeri, di mana mereka mereka bias mendapt rezeki itu. Itulah pula yang membikin “ontvoogding”-nya negeri-negeri jajahan oleh negeri-negeri yang menjajahnya itu, sebagai suatu barang yang sukar dipercayainya. Orang tak akan gampang-gampang melaskan bakul-nasinya, jika pelepasan bakul itu mendatangkan matinya ! . . .
          Begitulah tragiknya riwayat-riwayat negeri-negeri jajahan ! Dan keinsyafan akan tragik inilah yang menyadarkan rakyat-rakyat jajahan masihlah kekal. Roch Asia masih hidup sebagi api yang tiada pamnya ! Keinsyafan akan tragik inilah pula yang sekarang menjadi nyawa pergerakan rakyat di Indonesia –kita, yang walaupun dalam maksudnya sama, ada mempunyai tiga sifat: NASIONALISME, ISLAMISTIS dan MARXISTIS-lah adanya.
. . . dilanjutkan . . .
(buah fikiran Bung Karno ini dimuat bersambung di Jurnal “Suluh Indonesia Muda” tahun 1926)
(di bawah bendera revolusi, Ir.Soekarno, jilid pertama, cetakan keempat.)/dengan penyesuaian ejaan (EYD) seperlunya (skmk)
Read More......