Rabu, 29 Februari 2012

APA KATA Bung KARNO ? . . . NASIONALISME, ISLAMISME DAN MARXISME ( bagian 1)

          Sebagai Aria Bima-putera, yang lahirnya dalam zaman perjoangan, maka INDONESIA-MUDA inilah melihat cahaya hari pertama-tama dalam zaman yang rakyat-rakyat Asia, lagi berada dalam perasaan tak senang dengan nasibnya. Tak senang dengan nasib ekonominya, taksenang dengan nasib politiknya, tak senang dengan segala nasib yang lain-lainnya.
          Zaman “senang dengan apa adanya”, sudahlah lalu.    
          Zaman baru: zaman m u d a , sudahlah datang sebagai fajar yang terang cuaca.
          Zaman teori kaum kuno, yang mengatakan, bahwa “siapa yang ada di bawah, harus terima-senang, yang ia cukup-harga duduk dalam perbendaharaan riwayat, yang barang kemas-kemasnya berguna untuk memelihara siapa yang lagi berdiri dalam hidup”, kini sudahlah tak medapat penganggapan lagi oleh rakyat-rakyat Asia itu. Pun makin lama makin tipislah kepercayaan rakyat-rakyat itu, bahwa rakyat-rakyat yang mempertuankannya itu, adalah sebagai ”voogd” yang krelak kemidian hari akan “ontvoogden” mereka; makin lama makin tipislah kepercayaannya, bahwa rakyat-rakyat yang mempertuankannya itu ada sebagai “sausara-tua”, yang dengan kemuauan sendiri akan melepaskan mereka, bilamana mereka sudah “dewasa”, “akil-balig”, atau “masak”.
          Sebab tipisnya kepercayaan itu adalah bersendi pengetahuan, bersendi keyakinan, bahwa yang menyebabkan kolonisasi itu bukanlah keinginan pada kemasyhuran, bukan keinginnan melihat dunia-asing, bukan keinginan merdeka, dan bukan pula oleh karena negeri rakyat yang menjalankan kolonisasi ada terlampau sesak oleh banyaknya penduduk, - sebagai telah diajarkan oleh Gustav Klemm -, akan tetapi asalnya kolonisasi yalah teristimewa soal rezeki.
         Yang pertama-tama menyebabkan kolonisasi yalah hamper selamanya kekurangan bekal –hidup dalam tanah-airnya sendiri”, begitulah Dietrich Schafer berkata. Kekurangan rezeki, itulah yang menjadi sebab rakyat-rakyat Eropah mencari rezeki di negeri lain ! Itulah pula yang menjadi sebab rakyat-rakyat itu menjajah negeri-negeri, di mana mereka mereka bias mendapt rezeki itu. Itulah pula yang membikin “ontvoogding”-nya negeri-negeri jajahan oleh negeri-negeri yang menjajahnya itu, sebagai suatu barang yang sukar dipercayainya. Orang tak akan gampang-gampang melaskan bakul-nasinya, jika pelepasan bakul itu mendatangkan matinya ! . . .
          Begitulah tragiknya riwayat-riwayat negeri-negeri jajahan ! Dan keinsyafan akan tragik inilah yang menyadarkan rakyat-rakyat jajahan masihlah kekal. Roch Asia masih hidup sebagi api yang tiada pamnya ! Keinsyafan akan tragik inilah pula yang sekarang menjadi nyawa pergerakan rakyat di Indonesia –kita, yang walaupun dalam maksudnya sama, ada mempunyai tiga sifat: NASIONALISME, ISLAMISTIS dan MARXISTIS-lah adanya.
. . . dilanjutkan . . .
(buah fikiran Bung Karno ini dimuat bersambung di Jurnal “Suluh Indonesia Muda” tahun 1926)
(di bawah bendera revolusi, Ir.Soekarno, jilid pertama, cetakan keempat.)/dengan penyesuaian ejaan (EYD) seperlunya (skmk)
Read More......