Jumat, 16 Maret 2012

APA KATA Bung KARNO ? . . . NASIONALISME, ISLAMISME DAN MARXISME ( bagian 2)

-----------------------------------------------------
pidato                 Mempelajari, mencari hubungan antara ketiga sifat itu, membuktikan, tiga haluan ini dalam suatu negeri jajahan tak guna berseteruan satu sama lain, membuktikan pula, bahwa ketiga gelombang ini bisa bekerja bersama- sama menjadi s a t u gelombang yang maha besar dan maha kuat, s a t u ombak taufan yang tak dapat ditahan terjangnya, itulah kewajiban yang semua kita harus memikulnya.
                Akan hasil atau tidaknya kita menjalankan kewajiban yang seberat dan semulia itu, bukanlah kita yang menentukan. Akan tetapi, kita tidak boleh putus-putus berdaya upaya, tidak boleh habis-habis ikhtiar menjalankan kewajiban ikut mempersatukan gelombang-gelombang tadi itu ! Sebab kita yakin, bahwa p e r s a t u a n l a h yang kelak kemudian hari membawa kita ke arah terkabulnya impian kita: Indonesia – Merdeka !

               Entah bagaimana tercapainya persatuan itu; entah pula bagaimana rupanya persatuan itu; akan tetapi t e t a p l a h , bahwa kapal yang membawa kita ke Indonesia – Merdeka itu, yalah Kapal – Persatuan adanya ! Mahatma, jurumudi yang akan membuat dan mengemudikan Kapal – Persatuan itu kini barangkali belum ada, akan tetapi yakinlah kita pula, bahwa kelak kemudian hari m u s t i l a h datang saatnya, yang Sang – Mahatma itu berdiri di tengah kita ! . . .
               Itulah sebabnya kita dengan besar hati mempelajari dan ikut meratakan jalan yang menuju persatuan itu. Itulah maksudnya tulisan yang pendek ini.
              Nasionalisme, Islamisme, dan Marxisme !
               Inilah azas-azas yang dipeluk oleh pergerakan-pergerakan rakyat di seluruh Asia. Inilah faham-faham yang menjadi r o k h n y a pergerakan-pergerakan di Asia itu. R o k h n y a pula pergerakan-pergerakan di Indonesia – kita.
               Partai Boedi Oetomo, “marhum” National Indische Partij yang kini masih “hidup”, Partai Sarekat Islam, Perserikatan Minahasa, Partai Komunis Indonesia, dan masih banyak partai-partai lain . . . itu masing – masing punya r o k h Nasionalisme, r o k h Islamisme, atau r o k h Marxisme adanya. Dapatkah rokh-rokh ini dalam politik jajahan bekerja bersama-sama menjadi sat Rokh yang Besar, Rokh Persatuan ? Rokh Persatuan yang akan membawa kita ke-lapang ke-Besaran ?
               Dapatkah dalam tanah jajahan pergerakan Nasionalisme itu dirapatkan dengan pergerakan Islamisne yang pada hakekatnya tiada bangsa, dengan pergerakan Marxisme yang bersifat perjoangan internasional ?
               Dapatkah Islamisme itu, ialah sesuatu agama, dalam politik jajahan bekerja bersama-sama dengan Nasionalisme yang mementingkan bangsa, dengan materialismenya Marxisme yang mengajar perbedaan ?
               Akan hasilkah usaha kita merapatkan Boedi Oetomo yang begitu sabar-halus (gematigd), dengan Partai Komunis Indonesia, yang walaupun kecil sekali, oleh musuh-musuhnya begitu didesak dan dirintangi, oleh sebab rupa-rupanya musuh-musuhnya itu yakin akan peringatan A l C a r t h i l l, bahwa “yang mendatangkan pemberontakan-pemberontakan itu biasanya bagian-bagian yang terkecil, dan bagian-bagian terkecil sekali” ?
. . . dilanjutkan . . .
(buah fikiran Bung Karno ini dimuat bersambung di Jurnal “Suluh Indonesia Muda” tahun 1926)
(di bawah bendera revolusi, Ir.Soekarno, jilid pertama, cetakan keempat tahun 1965.)/dengan penyesuaian ejaan (EYD) seperlunya (skmk/imsari)

Tidak ada komentar: